Beha69 – Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran hutan lebat, terdapat sebuah rumah tua yang sudah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Rumah itu terkenal dengan kisah-kisah menyeramkan yang membuat penduduk desa menghindarinya. Mereka mengatakan bahwa rumah itu dihuni oleh hantu bernama Kasper. Namun, tidak semua orang percaya bahwa Kasper itu menakutkan. Banyak yang mengatakan bahwa dia adalah hantu baik yang hanya ingin membantu.
Sejarah rumah itu bermula puluhan tahun yang lalu. Rumah tersebut milik keluarga Mardani, yang dikenal baik hati dan suka menolong sesama. Namun, suatu malam yang kelam, terjadi sebuah kecelakaan tragis. Seluruh anggota keluarga Mardani ditemukan tewas dalam kebakaran yang misterius, dan sejak saat itu, rumah itu dianggap terkutuk. Suara-suara aneh sering terdengar dari dalamnya, dan bayangan-bayangan misterius sering terlihat melintas di jendela.
Di antara penduduk desa, terdapat seorang pemuda bernama Dika. Dika adalah seorang pencari kebenaran dan selalu tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan misteri. Dia tidak percaya bahwa hantu selalu berarti menakutkan. Suatu malam, dengan keberanian yang menggebu-gebu, Dika memutuskan untuk mengunjungi rumah tua itu. Dia ingin membuktikan bahwa cerita-cerita tentang Kasper adalah omong kosong.
Dengan senter di tangan, Dika memasuki rumah tua yang gelap. Suara pintu berderik menambah suasana mencekam, tetapi Dika tetap melangkah dengan percaya diri. Setiap langkahnya terdengar di lantai kayu yang usang, dan debu-debu beterbangan di udara. Dika menelusuri ruangan demi ruangan, menemukan barang-barang yang ditinggalkan oleh keluarga Mardani.
Tiba-tiba, dia mendengar suara lembut, seolah-olah ada yang memanggil namanya. “Dika…” Suara itu terdengar sangat jernih dan menenangkan. Dika terkejut, tetapi rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa takutnya. Dia mengikuti suara tersebut, melangkah menuju ruang tamu. Di sana, dia melihat sosok bayangan samar yang tampak transparan.
“Kau… siapa?” tanya Dika dengan suara bergetar.
“Aku Kasper,” jawab hantu itu dengan suara lembut. “Aku bukan hantu yang menakutkan dan di sini untuk melindungi rumah ini dan menceritakan kisahku.”
Dika merasa aneh, tetapi dia juga penasaran. “Apa yang terjadi pada keluargamu?”
Kasper mulai menceritakan kisahnya. Dia adalah seorang anak laki-laki yang sangat mencintai keluarganya. Keluarga Mardani dikenal sebagai orang-orang baik hati yang selalu membantu tetangga dan yang membutuhkan. Namun, suatu malam, ketika mereka merayakan hari jadi, kebakaran yang tidak terduga terjadi. Kasper dan keluarganya berusaha melarikan diri, tetapi mereka terjebak di dalam rumah. Dalam upaya terakhir untuk menyelamatkan keluarganya, Kasper berlari kembali masuk ke rumah untuk mengambil mainan kesayangannya. Sayangnya, dia tidak pernah keluar.
“Sejak saat itu, rohani ku terjebak di rumah ini. Aku hanya ingin melindungi rumah dan mencegah kejadian serupa menimpa orang lain,” jelas Kasper dengan sedih.
Mendengar cerita Kasper, Dika merasa iba. Dia menyadari bahwa hantu itu tidak membawa teror, melainkan kesedihan dan rasa bersalah. “Apa yang bisa aku bantu?” tanya Dika.
Kasper kemudian mengungkapkan sebuah harapan. Dia ingin agar orang-orang tidak lagi takut datang ke rumah itu. Dia ingin bercerita tentang tragedi keluarganya agar orang-orang bisa belajar dari kesalahan yang sama. Dika tergerak untuk membantu Kasper mencapai tujuannya.
“Pagi ini, aku akan bercerita pada penduduk desa tentangmu dan keluargamu,” janji Dika. “Dengan cara itu, mereka tidak akan lagi menganggapmu sebagai hantu jahat.”
Dengan segenap kekuatan dan semangat, Dika kembali ke desa dan mengumpulkan penduduk untuk mendengarkan ceritanya. Dia menceritakan tentang Kasper dan keluarganya, tentang kebaikan hati mereka, dan bagaimana kebakaran itu terjadi. Dia memohon agar mereka tidak lagi takut untuk menghampiri rumah tua itu.
Awalnya, warga desa ragu. Namun, ketika Dika menjelaskan tentang hantu baik yang tinggal di rumah itu, perlahan-lahan ketakutan mereka mulai sirna. Mereka penasaran dan ingin melihat siapa sebenarnya Kasper.
Ketika para penduduk berani mendekati rumah, Kasper muncul di hadapan mereka. Dia memberi salam dan menyapa para penduduk dengan lembut. “Aku tidak ingin menakut-nakuti kalian. Aku ingin kalian tahu bahwa aku di sini untuk melindungi tempat ini,” ujar Kasper.
Rasa takut perlahan-lahan berganti menjadi ketertarikan. Beberapa anak-anak berani mendekat, dan mereka mulai bermain-main di taman yang dulunya dipenuhi dengan jeram dan puing-puing. Kasper tersenyum melihat mereka bermain, merasakan kebahagiaan yang sudah lama hilang.
Namun, perlahan-lahan, cerita hantu baik ini menyebar ke desa-desa tetangga. Semua orang ingin melihat Kasper, dan rumah tua itu mulai ramai dikunjungi oleh orang-orang dari luar desa. Banyak yang datang untuk mendengar kisah Kasper dan menyediakan bantuan untuk memperbaiki rumah tersebut.
Suatu hari, Dika dan beberapa relawan sepakat untuk membersihkan rumah tua itu. Mereka membersihkan puing-puing dan mengembalikan keindahan rumah yang dulunya megah. Berkat usaha mereka, rumah itu mulai terlihat lebih bagus, dan orang-orang tidak lagi takut untuk mendekat.
Kasper merasa bahagia melihat semua perubahan ini. Dia mulai merasa bahwa misi hidupnya sudah tercapai; dia berhasil mengubah pandangan orang-orang terhadapnya dan rumahnya. Tetapi, ada satu hal yang belum dia lakukan: mengingat keluarganya.
Suatu malam, Dika kembali ke rumah untuk berbicara dengan Kasper. “Kau seharusnya bisa meminta penduduk desa untuk menghormati kenangan keluargamu,” kata Dika.
Setelah berpikir sejenak, Kasper setuju. Dia ingin supaya orang-orang mengenang kebaikan keluarganya. Maka, pada suatu malam yang penuh bintang, Dika dan Kasper merencanakan sebuah upacara untuk mengenang keluarga Mardani. Semua penduduk desa diundang untuk datang.
Malam upacara tiba. Dengan lilin yang menyala dan bunga-bunga yang diletakkan di tempat-tempat khusus, suasana terasa khidmat. Dika berdiri di depan orang banyak dan mulai bercerita tentang keluarga Mardani, berbagi kenangan akan kebaikan mereka, dan mendorong semua orang untuk meneladani sikap baik mereka.
Ketika Dika selesai bercerita, para penduduk desa mengangkat lilin mereka ke udara. Mereka mendoakan keluarga Mardani dan menghormati ingatan mereka. Kasper merasa terharu. Dalam momen itulah, roh keluarganya merasa tenang, dan mereka bisa menikmati keabadian dalam kenangan yang bahagia.
Sejak malam itu, rumah tua tidak hanya menjadi tempat tinggal Kasper tetapi juga pusat aktivitas. Anak-anak bermain di taman, dan orang dewasa berkumpul untuk berbagi cerita. Rumah itu menjadi simbol dari cinta dan kebaikan, bukan lagi ketakutan.
Dengan waktu, Dika dan penduduk desa menunjukkan bahwa meski ada cerita-cerita menyeramkan, tidak semua hantu itu jahat. Kasper adalah bukti nyata bahwa cinta dapat bertahan di tengah kegelapan.
Dan di atas segalanya, dia adalah hantu baik yang dianggap sebagai sahabat oleh semua orang di desa. Kasper terus menjaga rumah tua dengan penuh cinta, dan ia tidak akan pernah sendiri lagi. Sejak saat itu, setiap malam, saat penduduk desa tidur, mereka melihat cahaya lembut dari rumah tua, tanda kasih sayang Kasper dan keluarganya tetap hidup menerangi yang gelap.
TAMAT
KEYAKINAN – Yakin Loe?