Prolog
Beha69 – Di sebuah desa kecil bernama Simalungun, di kaki bukit yang dipenuhi dengan pepohonan rimbun, terdapat sebuah hutan yang dikenal sebagai Hutan Majapahit. Hutan ini terkenal karena keindahannya yang menawan, namun juga karena misteri yang menyelimuti. Konon, di dalam hutan tersebut terdapat sosok hitam besar yang mengintai para penduduk yang berani melangkah terlalu jauh ke dalam. Di sepanjang tahun, banyak penduduk desa yang hilang saat mencoba menjelajahi hutan ini, dan mereka yang kembali mengaku melihat sesuatu yang mengerikan—sebuah sosok besar berwarna hitam yang berkeliaran di antara bayang-bayang.
Cerita ini akan mengisahkan perjalanan seorang pemuda bernama Arman yang berusaha mengungkap misteri di balik sosok hitam besar tersebut. Satu malam, keberaniannya akan membawanya ke dalam pertarungan melawan kegelapan dan kebenaran yang tersimpan.
Kehidupan di Simalungun
Arman adalah seorang pemuda berusia 24 tahun yang hidup di Simalungun. Sejak kecil, ia sering mendengar cerita tentang Hutan Majapahit dari orang tua dan neneknya. Mereka bercerita tentang sosok hitam besar yang mengintai di kegelapan, menarik orang-orang masuk ke dalam jurang ketakutan. Namun, bagi Arman, cerita-cerita itu hanyalah mitos untuk menakut-nakuti anak-anak.
“Keberanian itu penting! Jika kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu!” ucap Arman kepada sahabatnya, Fajar, saat mereka hangout di sebuah warung kopi.
Fajar menggelengkan kepala. “Kau tidak mengerti, Arman. Banyak orang hilang di sana! Tidak ada yang pulang lagi.”
“Mungkin mereka hanya tersesat atau takut,” Arman menjawab dengan nada meremehkan. Dalam hatinya, ia bertekad untuk membuktikan bahwa semua cerita itu hanya omong kosong.
Petualangan yang Dimulai
Suatu malam, setelah berdebat dengan teman-temannya, Arman memutuskan untuk pergi ke Hutan Majapahit untuk membuktikan keberaniannya. Ia membawa senter, kamera, dan perbekalan lainnya. Dia menyiapkan dirinya untuk petualangan yang tidak akan pernah ia lupakan. Dengan keyakinan penuh, Arman berangkat menuju hutan saat matahari terbenam.
Begitu memasuki hutan, suasana terasa berbeda. Suara burung dan serangga yang biasanya meramaikan malam mereda, dan hanya suara langkahnya yang terdengar. Arman berusaha mengusir rasa takut yang mulai menghantuinya. Dia menyalakan senter dan melanjutkan perjalanannya ke dalam hutan, mengikuti jalan setapak yang mulai hilang antara pepohonan.
Suara yang Menyeramkan
Setelah beberapa waktu berjalan, Arman tidak menemukan apa-apa yang aneh. Sementar itu, ada perasaan aneh di dalam dirinya, seolah ada yang mengawasinya. Ketika dia berhenti sejenak untuk mengambil napas dan memeriksa ponselnya, tiba-tiba dia mendengar suara gemerisik dari semak-semak.
“Siapa di sana?” panggilnya, suaranya bergetar. Tidak ada jawaban. Rasa penasarannya semakin menguat. Ia mengambil langkah maju dan menyinari semak-semak dengan senter. Namun, hanya angin dingin yang menyambutnya.
Melanjutkan langkahnya, Arman mendengar suara hujan gerimis di kejauhan. Dia mengalihkan perhatiannya, tetapi tiba-tiba, suara itu berubah menjadi derak yang lebih keras, seolah ada sesuatu yang besar mendekatinya. Arman menahan napas dan berbalik mencari asal suara.
Pertemuan Pertama
Ketika Arman menoleh, matanya menangkap sosok besar di antara pepohonan. Sosok itu berwarna hitam dan berbulu, terlihat seperti bayangan raksasa. Di dalam pikirannya, panik melanda, tetapi rasa ingin tahunya tetap mendorongnya untuk melangkah lebih dekat.
“Siapa kamu?” tanyanya.
Sosok itu tidak menjawab, tetapi tiba-tiba mengeluarkan suara mengerikan yang membuat Arman merinding. Dalam ketakutan, Arman berbalik dan berlari sekuat tenaga. Derap langkahnya terdengar jelas, dan dia merasa bahwa sosok itu mengejarnya.
“Tolong! Hidupkan aku!” teriaknya.
Arman berlari melalui semak-semak, menyusuri setiap jalan setapak yang ada tanpa arah. Saat dia berlari, sosok hitam itu tampak semakin dekat, dan napasnya semakin memburu. Dalam pikiran Arman, berbagai skenario terbayang, dan dia tahu bahwa jika dia tidak menemukan jalan keluar, semuanya akan berakhir di sini.
Terperangkap dalam Kegelapan
Tidak lama setelah itu, Arman terjatuh dan tergelincir ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia merasakan sakit di kakinya tetapi tetap berusaha bangkit. Di dalam lubang itu, suasana sangat gelap dan lembab. Ketika dia mencoba menyalakan senter, cahaya itu membuat pikiran jernihnya kembali.
Dengan perasaan putus asa dan kesakitan, Arman berusaha memanjat keluar, tetapi tidak bisa. Di saat itu, dia mendengar desahan berat di atasnya. “Kau tidak bisa pergi, anak manusia,” suara itu menggema di dalam lubang.
Arman berusaha menerangi area di sekelilingnya, dan saat itulah dia melihat sesuatu yang lebih menakutkan—tempat itu dipenuhi dengan tulang belulang dan barang-barang milik orang-orang yang menghilang! Jantung Arman berdebar kencang, ia merasa kegelapan menelan semua harapannya.
Kenangan yang Ditemukan
Tak berdaya dan terjebak, ia mulai merasa putus asa. Namun, saat matanya berkeliling, dia melihat sesuatu yang familiar—sepatu dan bahan pakaian. “Ini… ini bukankah milik Joni, teman lamaku yang hilang?” pikir Arman.
Dia teringat akan cerita tentang Joni yang pergi ke Hutan Majapahit untuk mencari keindahan alam, tetapi tidak pernah kembali. Rasa kesedihan dan ketakutan menghantuinya.
“Joni!” teriak Arman, harapannya agar temannya bisa mendengarnya. Tapi hanya suara angin yang menjawab. Saat itulah dia menyadari bahwa banyak orang yang tidak berhasil pulang, dan hutan ini adalah rumah bagi arwah-arwah penasaran. Dia harus memecahkan apa yang terjadi sebelum kehilangan akal dan hidupnya.
Penemuan Terlarang
Ketika Arman berusaha keluar dari lubang, dia menemukan sebuah pintu kecil di dinding. Dengan tekad baru, dia mendekati pintu tersebut dan membuka. Di dalamnya, dia menemukan ruangan yang lebih terang. Lantai marmer yang rusak dan dinding yang berkarat menambah suasana misterius.
Di dalam ruangan tersebut, terdapat banyak alat-alat medis, di antaranya ada yang berkarat. “Apa yang terjadi di sini?” Arman berbisik. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres di balik semua penemuan ini.
Di sudut ruangan, dia melihat sekumpulan foto berdebu: potret orang-orang yang diuji coba. Arman mendekat untuk melihat lebih jelas dan sakit hatinya melihat wajah-wajah yang tampak penuh ketakutan dan kesedihan.
Kebenaran Terungkap
Tiba-tiba, suara derak kembali terdengar lebih keras. Arman merasakan ketakutan yang mendalam, tetapi ia tahu ia harus mencari tahu apa yang terjadi di hutan ini. Di dinding ruangan itu terdapat sebuah papan tulis tua dengan tulisan: “Eksperimen Gagal – Kekuatan Hitam.”
“Jadi semua ini karena eksperimen yang dilakukan di sini?” tanya Arman pada dirinya sendiri.
Lalu, Arman teringat akan kisah Dokter dari desa sebelah yang melakukan eksperimen gelap untuk mencari cara memperpanjang hidup. Banyak pasien yang tidak selamat, dan untuk menutupi jejaknya, ia mengubah hutan menjadi penjara bagi jiwa-jiwa yang hilang.
Arman berusaha mengingat jalan untuk kembali ke luar. Setiap langkah memberikan semacam kedamaian, petunjuk dari makhluk-makhluk hutan yang berharap agar dia melihat kebenaran. Segera setelah itu, Arman mendengar suara berat yang familiar dan tersadar sosok hitam besar mendekatinya.
Pertempuran Terakhir
“Tidak ada jalan keluar! Kembali dan ikuti aku!” suara itu menggema, membuat Arman mulai mundur.
Dia tidak ingin menjadi bagian dari eksperimen itu! Dengan keberanian yang tersisa, Arman menantang sosok tersebut. “Aku tidak akan membiarkanmu menguasai hidupku! Aku harus keluar dari sini!”
Sosok hitam itu mulai menghilang dan muncul kembali, lebih dekat dari sebelumnya. Arman merasakan hawa dingin yang mengerikan. Berbekal keberanian dan semangatnya, ia berlari menyusuri lorong dengan segenap tenaga, berharap menemukan pintu keluar.
Melalui lorong gelap, suara derak semakin keras mengikuti langkahnya. Arman mendapatkan petunjuk, berusaha untuk tidak terjebak dalam kegelapan. Dalam setiap langkahnya, ia berkesimpulan bahwa sosok hitam itu adalah lambang dari ketakutannya sendiri, menghadapi rasa sakit, kehilangan dan kemarahan.
Kebangkitan Harapan
Akhirnya, setelah berlari sekian lama, Arman menemukan pintu keluar! Dia berusaha mendorongnya dan terhuyung-huyung tanpa berputus asa, berdoa dalam hatinya agar semua pengetahuannya tentang hutan tidak sia-sia. Bertemu dengan cahaya bulan yang nyata, dia merasa seolah-olah seluruh kegelapan yang menghantuinya menghilang.
“Tolong, hanya sedikit lagi!” Arman bersorak ketika dia berhasil melewati pintu dan keluar dari berbagai kegelapan.
Di luar, Arman jatuh ke tanah, berusaha menenangkan napasnya. Sisa-sisa kegelapan dari hutan masih terbayang, tetapi harapan membawanya untuk terus melangkah. Dengan penuh keyakinan, Arman kembali ke desa, bersiap untuk menceritakan semuanya.
Memekik Suara Jiwa
Setibanya di desa, Arman merasakan kesedihan dan ketegangan yang menyelimuti penduduk desa. Dia segera berlari ke arah rumah kepala desa. “Aku telah menemukan kebenaran tentang Hutan Majapahit!” serunya. “Banyak jiwa terjebak di sana dengan pelanggaran berat yang dilakukan oleh seorang dokter!”
Setiap orang menatapnya dengan kaget. Arman menceritakan semua yang dia alami, dan kepala desa menyuruhnya untuk tetap tenang. “Kita harus mengorganisir pencarian untuk membantu mereka yang hilang!” Komitmennya kepada jiwa-jiwa yang terperangkap membuat semua penduduk desa merasa tergerak.
Pertanggungjawaban
Hari-hari berlalu, dan dengan bantuan Arman, penduduk desa mulai melakukan upacara untuk mengenang jiwa-jiwa yang tersisa, mempersembahkan doa tulus sebagai cara untuk memanggil kembali mereka yang hilang. Hutan Majapahit, yang dulunya dipenuhi rasa takut dan ancaman, mulai menjadi tempat berdoa bagi mereka yang kehilangan.
Arman dan penduduk desa merencanakan untuk membangun pusat penelitian di dekat hutan untuk memastikan agar sejarah kelam dan eksperimen tak etis tidak akan terulang. Melalui segala upaya ini, mereka berharap untuk memberi arti pada kehilangan dan meraih harapan.
Kekuatan untuk Bangkit
Sepanjang waktu, Arman merasakan proses pemulihan yang mendalam—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang-orang yang pernah hilang. Jiwa-jiwa yang tersisa mulai tenang, dan Arman menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab membagikan cerita dan pelajaran yang diperoleh dari kegelapan.
Suatu malam, di tempat upacara, Arman berdiri di hadapan penduduk desa. “Kita telah menaklukkan kegelapan. Mari kita kenang setiap jiwa yang terhilang dan terus bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merasa sendirian lagi dalam perjuangannya.”
Sorakan sambutan menggema, bukti bahwa harapan selalu ada meskipun dalam kegelapan paling dalam. Arman dan penduduk desa bersatu untuk merangkul masa lalu dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Melawan Kegelapan
Kejadian-kejadian yang dialami Arman tersimpan dalam kenangan desa. Sosok hitam besar yang dulunya menakutkan kini menjadi simbol harapan dan keberanian. Selama bertahun-tahun, penduduk desa terus memperingati hari di mana mereka berhasil menaklukkan ketakutan dan mengenal setiap jiwa yang terperangkap.
Hutan Majapahit kini menjadi tempat belajar, tidak hanya tentang keindahan alam yang seharusnya dijaga, tetapi juga tentang pentingnya menghormati yang telah pergi dan memberi arti pada setiap kehilangan.
Setiap generasi yang datang di Simalungun diingatkan akan pelajaran berharga dari kegelapan dan kekuatan untuk bangkit melawan rasa takut. Arman, yang pernah menjadi pemuda tanpa rasa takut, akhirnya memahami betapa pentingnya untuk menghadapi kegelapan dengan keberanian dan harapan.
KEYAKINAN.COM – Yakin Loe?