Beha69 – Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, terdapat sebuah perpustakaan tua yang terkenal angker. Perpustakaan itu sudah ada sejak abad ke-19, dan warga setempat selalu menghindarinya saat malam tiba. Mereka percaya bahwa di dalam perpustakaan tersebut bersembunyi seorang vampir yang terkutuk, yang tidak pernah bisa keluar dari tempat itu.
Suatu malam yang gelap, seorang mahasiswa bernama Arman memutuskan untuk memasuki perpustakaan itu. Ia adalah seorang peneliti yang ingin menggali lebih dalam tentang sejarah vampir dalam budaya lokal. Sambil membawa senter dan buku catatan, Arman beranikan diri melangkah menuju perpustakaan.
Ketika Arman membuka pintu kayu yang berat dan berdecit, suasana dingin langsung menyambutnya. Ruangan itu dipenuhi dengan buku-buku tua yang berdebu dan rak-rak yang tinggi. Aroma lembap dan khaos menyelimuti ruang, dan sinar bulan yang memancar melalui jendela memberikan kesan menyeramkan. “Hanya perpustakaan tua, tidak ada yang perlu ditakutkan,” bisik Arman untuk menenangkan dirinya.
Setelah menjelajahi beberapa bagian dari perpustakaan, Arman menemukan sebuah buku tua yang tertutup puing-puing. Buku itu tampak aneh, dengan gambar vampir di sampulnya dan judul yang sudah pudar. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia membuka halaman demi halaman. Tiba-tiba, ia menemukan gambar seorang vampir bertubuh tinggi dengan mata merah menyala, mengingatkannya pada legenda yang pernah ia dengar.
Selama ia membaca, sekelilingnya terasa semakin gelap. Ia tidak menyadari waktu berlalu begitu cepat, dan malam semakin larut. Tiba-tiba, ia merasakan hawa dingin menyelusup hingga ke tulang. Tak lama kemudian, ia mendengar suara aneh, seperti bisikan lembut dari bayang-bayang di antara rak-rak buku.
“Arman… Arman…” suara itu memanggil namanya. Didalam diri Arman berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanya imajinasi. Namun, suara itu semakin jelas dan memanggil namanya lagi.
“Siapa di sana?” Arman berteriak, suaranya bergetar. Tetapi hanya keheningan yang menyambutnya. Ia merasa jantungnya berdetak kencang. Dengan senter di tangan, ia mencoba menelusuri suara yang mengganggu, tetapi semua orang terlalu sunyi. Saat ia berputar, cahaya senter terfokus pada bayang-bayang yang melintas cepat.
Tanpa pikir panjang, ia berlari ke bagian belakang perpustakaan. Di sana, ia menemukan sebuah pintu kecil yang terbuka. Pintu itu terlihat tua dan tidak terawat, seolah-olah menunggu untuk dibuka. Rasa penasaran mendorongnya untuk melangkah lebih dekat.
Begitu memasuki ruangan kecil itu, Arman mendapati ruangan itu dipenuhi dengan lukisan-lukisan tua dan lilin-lilin yang hampir padam. Di tengah ruangan, terdapat sebuah peti kayu tua dengan ukiran yang rumit. Hatinya berdegup kencang, dan ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam peti itu. Meski ketakutan menyelimuti hati, Arman beranikan diri untuk mendekat dan mengetuk peti itu.
“Siapa yang berani mengganggu ketenanganku?” suara menggema, disertai suara derak kayu dari dalam peti. Arman melangkah mundur, dan dari dalam peti itu muncul sosok vampir bertubuh tinggi, bermata merah menyala dan gigi tajam berkilau di bawah cahaya remang-remang.
“B-bapak siapa?” suara Arman bergetar, penuh ketakutan. “Apa yang kau inginkan dariku?”
Vampir itu tersenyum dengan kejam. “Aku adalah Lord Argestra, vampir yang terkutuk selama ratusan tahun. Kemenanganmu untuk membangkitkan satu jiwa seperti dirimulah yang aku butuhkan.”
Arman dapat merasakan keringat dingin mengalir di belakang lehernya. Ia berjuang untuk tetap tenang. Mengingat semua legenda yang ia pelajari, ia tahu bahwa vampir hanya bisa beraksi saat malam. “Kenapa aku? Aku hanya seorang peneliti!”
“Karena kau yang terpilih!” Lord Argestra berkata dengan suara menghantui. “Kau akan membantuku membangkitkan kekuatanku kembali. Hanya dengan mengorbankan jiwa yang murni.”
Suara angin berhembus kencang. Arman berpikir cepat, berusaha mencari cara untuk menyelamatkan diri. “Bagaimana jika aku tidak mau?” tanyanya berani, meskipun hatinya bergetar.
“Jika kau tidak berniat membantu, maka malam ini akan menjadi malam terakhirmu,” jawab vampir itu. Arman dapat melihat bayangan kelam menyeramkan melintas di wajah vampir.
Dengan cepat, Arman melangkah mundur, berusaha mencari cara untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun, sebelum ia mencapai pintu, Lord Argestra menghadang jalannya. Tangannya melunglai, otomatis mengusir Arman ke dinding.
Feeling terdesak, Arman mencoba mengalihkan perhatian vampir tersebut. “Bagaimana jika, aku bisa memberimu informasi? Tentang kekuatanmu dan cara membangkitkan kembali semua vampir?” tawarnya sambil tergagap. Ini merupakan satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan waktu.
Lord Argestra tampak tertarik dan sedikit menurunkan ketegangan. “Apa yang kau ketahui, manusia?”
“Konon, ada mitos yang menyatakan bahwa kamu perlu mengisi darah dari manusia yang murni untuk membangkitkan kekuatanmu. Mungkin aku bisa mencarikan untukmu!” Arman berkata, berusaha meyakinkan.
“Insiden ini menarik. Jika informasi ini berguna, mungkin aku tidak perlu mengambil nyawamu,” Lord Argestra menjawab. “Jadi, berikan aku informasi yang sesuai, dan mungkin kau bisa hidup.”
Arman merasa sedikit lega, meskipun dunia sekelilingnya masih dalam ketegangan. Dia kemudian mulai menjelaskan berbagai informasi tentang vampir yang pernah dia pelajari. Sambil melakukan itu, ia mencari celah untuk melarikan diri.
“Manusia, ketika kau berbicara tentang menyelamatkan hidupmu, ada baiknya jika kau juga mencari tahu tentang kelemahanku,” vampir itu tersenyum, seolah-olah bisa membaca pikiran Arman. “Ada cara untuk mengalahkanku; Titan Inferno, si pembantai vampir. Hanya dengan itu kau bisa menyelamatkan dirimu.”
Selama pembicaraan berlanjut, Arman berusaha mengalihkan perhatian sang vampir dengan sejarah dan legenda vampir. Namun, saat Arman menjelaskan, Lord Argestra tampak kehilangan kesabaran. “Aku tidak punya waktu untuk ini! Kembalilah kepada informasi penting!”
Arman berusaha terlihat tenang meski jantungnya berpacu lebih kencang. “Paling tidak, beri aku kesempatan. Aku mungkin bisa membantu lebih jauh,” tawar Arman, berusaha mencari waktu sampai ditemukan cara untuk melarikan diri.
Ketika Arman berbicara, dia menyadari bayangan dari sudut ruangan mulai bergerak, dan disadari bahwa sesuatu yang mengerikan merayap mendekat. Itu adalah dinding yang dipenuhi dengan gambar-gambar kegelapan dan teriakan jiwa yang terperangkap.
Suara Eva, seorang sahabat Arman, mengingatkan saat mereka melakukan penelitian dan menginspirasi pengetahuannya. “Arman! Aku akan mencarimu!” suara itu menggema dalam pikirannya.
Setelah beberapa menit bernegosiasi, energi di dalam ruangan mulai bergetar. “Baiklah, manusia. Jika aku harus memberimu kesempatan, aku akan percayakan padamu. Namun, ingat, jika kau gagal, nyawamu adalah milikku!” kata Lord Argestra, suaranya menggema dalam hening malam.
Arman segera memberi isyarat untuk keluaran. Dia kembali ke pintu dan mencari jalan keluar. Namun ketika ia membuka pintu, sekelompok makhluk berkuku tajam mencengkeramnya. “Keberanianmu untuk menyelamatkan dirimu tidak akan membantu!” teriak Lord Argestra dengan marah, sementara Arman berusaha memisahkan diri.
Akhirnya, Arman berhasil lolos dari ruang kecil itu dan berlari menuju rak-rak buku. Namun, semua jalan keluar terasa terhadang. Dengan cepat, dia mencari tahu tempat aman sebelum terlambat. Dia mulai mencari di sekitar, menemukan beberapa buku kuno.
Sebuah buku tua jatuh ke tanah, dan ia melihat di dalamnya cara untuk mengalahkan Lord Argestra. “Oh! Selain Titan Inferno, ada cara lain!” suasana Arman mulai mengalir, dan dia membaca mantra dari buku itu.
Princess Salima, seorang vampire yang paling kuat pernah ada, ada di kutub hitam. Dalam momen detik-detik genting, Arman memilih untuk melawan. Dengan memfokuskan jiwa dan niatnya, ia berharap bisa membantu.
“Sana, mundurlah!” lolong Arman ketika dia berusaha mengeluarkan suara dalam kehampaan. Tangannya mulai bergetar, tetapi aliran energi mengalir dari dalam.
“Yang kuinginkan bukan hanya darahmu, tetapi aku ingin melihat semua orang menderita!” kata Lord Argestra sambil menerkam sekali lagi.
“Baiklah, berikan aku kekuatan untuk menghentikannya!” seru Arman sambil merapalkan mantranya. “Dengarkan kata-kataku! Selama ada keinginan hidup, kuasa ini akan bersamaku!”
Dalam sekejap, cahaya putih menyala, dan Lord Argestra terkejut. “Apa-apaan ini?!” teriaknya.
Arman menyadari bahwa energi yang mengalir menuju Lord Argestra langsung terpecah, dan sosok vampir itu terhenti. “Aku bukan manusia biasa! Aku berhak mengeluarkanmu dari sini!”
Dengan ketegangan yang mendebarkan, Arman menyaksikan vampir itu berjuang melawan kekuatan yang mengalir dari dirinya. Akhirnya, cahaya besar menyelimuti ruangan, dan tubuh Lord Argestra mulai larut dalam cahaya.
“Kuasa tidak akan seperti ini!” Lord Argestra berteriak saat sosoknya menghilang dalam kegelapan.
Arman terengah-engah, terjatuh di lantai, merasakan berat beban hilang dari pundaknya. Ia berhasil, namun tidak sampai tanpa rasa takut. Namun, dia merasa lega ketika merasakan energi menghilang, dan sepertinya waktu berhenti mengalir.
Ketika pagi tiba dan sinar matahari menyinari perpustakaan tua itu, Arman berjanji untuk meninggalkan tempat tersebut. Ia tahu bahwa menggali sejarah dengan cara yang berbeda, mungkin lebih berharga daripada mencarinya semalam.
Arman keluar dari perpustakaan, mencium aroma pagi yang segar. Dia ingin meneruskan perjuangan untuk melawan kegelapan, tetapi kali ini dengan pengetahuan yang baru. Ia tidak hanya seorang peneliti, tetapi dia adalah penjaga cerita dan pelindung dari kegelapan.
Kisah Lord Argestra hanyalah salah satu dari banyak misteri yang menghuni perpustakaan tersebut. Namun, Arman memutuskan untuk tidak membiarkan kegelapan merusak hidupnya. Dengan tekad di dalam hatinya, ia melanjutkan petualangan baru yang menjanjikan dan belajar tentang kekuatan serta tantangan yang ada di sepanjang jalannya.
KEYAKINAN.COM – Yakin Loe?